Saya terlahir menjadi anak
terakhir dari 5 bersaudara. Di balik cerita namanku, siapapun boleh menamaiku
waktu aku dilahirkan. Setelah ditelusuri karena penasaran ternyata benar, nama
itu bukan sepenuhnya dari orang tua. Bukan masalah besar juga, yang penting aku
terlahir dengan doa dan harapan-harapan terbaik sebagai Adi.
Masa kecil terlewati dengan
macam-macam rasa. Hal yang bisa ku ingat, aku hidup di Kedunglosari desa kecil
di Jombang yang sekarang tenar karena merupakan tanah kelahiran dan tanah pemakaman
Gusdur Presiden kita. Aku hidup dengan kesederhaan. Tapi aku tak teringat di
situ ada kakak pertama,kedua, dan ketiga. Hanya ada kakak keempat yang setiap hari
bertengkar berebut mainan, bergulat dan jarang akur.
Aku bukan anak yang terlahir
dengan jenius memiliki ketrampilan. Terbukti di masa Taman Kanak-kanak tidak
satupun guru menunjukku untuk mengikuti lomba. Orang tua mana yang tidak ingin
anaknya di masa TK memiliki keterampilan lebih dan sering tampil. Lomba pindah
benderapun aku tak pernah bisa, apalagi harus membaca puisi. Keahlianku paling
besar waktu itu adalah makan bakso (pentol) hingga mabok, dan gampang nangis. Ini
lelucon yang membuatku sendiri geli membayangkannya. Akupun tak pernah
mencicipi bagaimana anak TK terlihat ganteng dan gagah saat mengikuti parade
karnaval 17 agustus. Mungkin saat itu masalah terbesarku adalah takut dengan
orang dirias (make up), meskipun itu Ibuku tidak akan ku akui selama beliau
memakai sanggul dan riasan jawa (maaf Bu, itu dulu bukan sekarang).
Berlalunya waktu saat itu juga
membangun pikiran anak Sekolah Dasar yang bernama Adi ini. Sekali lagi aku
belum tersadar aku punya kemampuan apapun. Aku mengikuti alur menjadi anak SD
yang rajin dan tidak bermasalah. Belajar pelan-pelan, meskipun saat kelas 1 aku
belum bisa membaca. Membaca dengan kecepepatan seperti kura-kura berjalan tapi
frekuensi suara menggelegar kemana-mana. Aku selalu bermasalah dapa setiap tugas Pekerjaan
Rumah (PR). Saat itu aku berpikir menangis adalah solusi terbaik jika tidak
sanggup mengerjakan PR. Menangis sampai subuh pun tidak akan penuh lembar
jawabanku, itulah anak kecil memikirkan yang tidak mungkin menjadi mungkin
(atau cuma aku saja).
Tapi perjuanganku tidak sia-sia. Aku
belajar keras, belajar tanpa perhatian penuh dari orang tua karena mereka sibuk
bekerja. Aku menjadi anak SD yang penuh semangat empat lima, walaupun musuh
dimana-mana. Dimulai dari posisi peringkat ke-6, 5, 4 dan menjadi peringkat 3 selama
kelas 3 sampai kelas 5. Kemudian guru mulai mempercayaiku untuk mengikuti lomba
dokter kecil, cerdas cermat meskipun tidak pernah menang di tingkat kecamatan,
tapi cukup senang bisa berangkat dan menyenangkan orang tua. Hingga aku lulus
menjadi peringkat ke 2 di sekolahku. Aku harus puas dengan posisi itu meskipun
tidaK menjadi yang pertama. Setidaknya ibuku bahagia bisa maju ke depan kelas diantara
wali murid dan membawa hadiah 4 buku tulis terbungkus rapi yang diberikan oleh guruku.
Perjuangan masih
panjang. Di tempat tinggalku anak lulus SD kemudian bekerja dan putus sekolah
masih banyak. Memang kelas 6 berlangsung dengan ketegangan. Saat itu siswa
sudah harus dapat menentukan tujuan sekolah menengah pertama dan lulus ujian
akhir sekolah. Ini berat, kakak-kakaku yang semuanya merupakan lulusan
Madarasah Tsanawiah (SMP Islam) menuntun orang tuaku menyuruhku ke sekolah itu.
Selain itu biaya sekolah yang tinggi di sekolah negeri adalah masalah bagi
beliau. Aku tidak pernah membantah maupun menyetujui orang tuaku. Aku berpikir
bagaimana caranya nilaiku bisa bagus dan dapat memilih sekolah SMP negeri yang
menjadi tujuanku. Ingat, aku tidak terlahir sebagai anak jenius tetapi aku
terlahir sebagai anak yang harus berjuang keras dan rajin untuk mendapatkan
prestasi dan keberuntungan. Waktu itu aku sudah berpikir bahwa tidak ada yang
tidak mungkin kalau aku belajar. Hingga tiba saatnya harus merasakan sakit
karena terforsir belajar, menjadi anak yang kurus tinggi seperti tiang bendera.
Semua berbuah manis, aku masuk di SMP N 1 Tembelang di kelas unggulan. SMP N 1
Tembelang adalah SMP kecamatan yang tergolong unggulan selain SMP di pusat
kota. Perjuangan pendidikan berlangsung seru di sini.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar